Jangan Sepelekan Sembelit



Banyak orang yang dapat mencapai umur lanjut dengan kualitas kesehatan yang baik. Namun, tak sedikit ada juga orang yang mencapai usia lanjut dengan berbagai penyulit penyakit. Penyulit penyakit tersebut merupakan sekumpulan gejala atau masalah yang sering dijumpai pada usia lanjut.
DALAM istilah kedokteran disebut geriatric syndrome atau sindroma geriatric. Kumpulan gejala ini antara lain gangguan daya ingat atau demensia (pikun), gangguan sistem saraf otonom, mental confusion, buang air kecil di tempat (inkontinensia urine), dan konstipasi/sembelit. Menurut dr. Fajar Rudy Qimindra, dari Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB), sembelit bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu keluhan penderita. Untuk memahami terjadinya sembelit, perlu diketahui juga bagaimana mekanisme kerja usus.

Begitu makanan masuk usus, usus akan menyerap air dan membentuk bahan sisa limbah makan yang disebut tinja. Kontraksi dari otot usus ini akan mendorong tinja ke arah bagian usus terakhir yang disebut rectum. Tinja padat dan kering yang terjadi pada sembelit ini disebabkan terlalu banyak penyerapan air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot usus yang perlahan-lahan dan malas sehingga tinja bergerak terlalu lama ke arah rectum. Ada korelasi antara bertambahnya usia dengan angka kejadian sembelit.




Semakin tinggi usianya semakin banyak keluhan di sistem saluran pencernaan yang berkaitan dengan sembelit. Misalnya, adanya hambatan pada saluran kencing, iritasi pada usus dan sampai berlubangnya usus (perforasi). “Oleh karena sembelit merupakan keluhan yang bersifat subjektif, maka variasinya tergantung individu masing masing. Umumnya frekuensi seseorang (buang air besar (BAB) mulai 3 kali per hari, sekali per hari hingga 3 kali per minggu,” katanya.

Lalu kapan seorang dikatakan mengalami sembelit? “Dikatakan sembelit apabila terdapat paling sedikit dua keluhan dan terjadinya paling sedikit tiga bulan. Keluhan tersebut antara lain, tinja BAB (feses) keras, perlu mengejan kuat saat BAB, rasa tidak tuntas setelah BAB yang meliputi 25 persen dari BAB, dan frekuensi BAB dua kali per minggu atau kurang,” tutur Fajar.

Penyebab terjadinya sembelit melibatkan banyak faktor. Faktor utama salah dalam memilih diet yaitu kurang mengandung serat. Dan juga karena kelainan anatomis sehingga menutup kelancaran pembuangan tinja seperti ambien/ hemoroid, adanya tumor di usus bawah, dan hernia. Beberapa penyakit metabolik dan endokrin juga akan berefek pada keluhan ini seperti kencing manis/diabetes, kelainan pada kelenjar tiroid dan gangguan elektrolit/garam-garam tubuh. Faktor lain yang berpengaruh juga adalah adanya gangguan psikologi (stress), kurangnya asupan cairan, kurang olah raga dan sehabis bepergian jauh.

Fajar mengatakan, sembelit tidak boleh dipandang ringan karena pada usia lanjut merupakan satu bagian dari problem geriatrik. Oleh karena itu harus ditentukan secara tepat sehingga angka kesakitan dan kematian bisa diturunkan. Pada akhirnya terbentuk orang usia lanjut yang tetap sehat, produktif dan mandiri. (cpk)
Konsumsi Makanan Berserat

UNTUK mengatasi sembelit, dr. Fajar Rudy Qimindra, dari Rumah Sakit Pertamina Balikpapan menyarankan mencoba mengatasi tanpa obat. “Pada tahap ini diberikan terapi berupa kombinasi antara makanan tinggi serat dan air, latihan jasmani, dan bowel training,” katanya.
Serat berguna untuk menurunkan waktu transit, terutama pada usia lanjut. Serat juga berfungsi membentuk gumpalan tinja. Jumlah kebutuhan serat sehari antara 20-35 gram. Namun demikian Fajar mengingatkan, pemberian serat ini harus diimbangi dengan jumlah cairan yang cukup. Apabila tidak ada kontra indikasi yang lain seperti sakit ginjal, maka dianjurkan minum sekurang-kurangnya 6- 8 gelas perhari (kurang lebih 1500 -2000 ml).

“Selain itu jalan pagi tiap hari adalah latihan jasmani yang paling sederhana tetapi bermanfaat bagi orang usia lanjut apabila mampu berjalan. Bagi yang tidak mampu berjalan, bisa dilakukan dengan duduk atau disamping tempat tidur,” katanya.

Sedangkan bowel training membuat jadwal buang air besar (BAB) merupakam langkah yang baik, yang harus diperhatikan sejak awal. Jika cara non farmakologis belum berhasil, barulah dipertimbangkan menggunakan obat-obatan. Penggunaannya pun juga harus memenuhi pengobatan secara rasional. Jangan lupa selalu perhatikan jenis obat pencahar yang dikonsumsi. (cpk)

Obat Pencahar menurut Cara Kerjanya:

1. Pencahar pembentuk tinja (bulk laxative)
Pencahar jenis ini umum beredar di pasaran, baik yang berasal dari serat alamiah seperti psyllium ataupun serat buatan sepertu metil selullosa. Keduanya sama efektif dalam meningkatkan volume tinja. Obat ini cukup aman digunakan dalam waktu yang lama tetapi memerlukan asupan cairan yang cukup.
2. Pelembut tinja/feses
Obat jenis ini dipakai oleh usia lanjut sebagai sebagai pelembut feses. Obat ini mempunyai efek sebagai surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga dapat meresap dan feses jadi lembek.
3. Pencahar stimulan
Contoh golongan ini adalah senna, bisacordil. Senna aman dipakai untuk usia lanjut.Efek obat ini menstimulasi dan meningkatkan peristaltik atau gerakan usus.
4. Pencahar hiperosmoler/ osmotic laxative
Mempunyai efek menahan cairan dalan usus dan mengatur distribusi cairan dalam tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja seperti spon sehingga tinja mudah melewati usus. Jenis golongan ini seperti laktulosa dan sorbitol.
5. Enema
Enema dimaksudkan untuk merangsang terjadinya evakuasi tinja sehingga bisa keluar. Pemberian ini harus hati – hati pada usia lanjut karena sering mengakibatkan efek samping.

sumber: http://konsultasikesehatan.net/index.php/2008/02/jangan-sepelekan-sembelit/
dan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jangan Sepelekan Sembelit"

Posting Komentar